Minggu, 18 Maret 2018

KAMU KERAS APA CERDAS?

KAMU KERAS APA CERDAS?

Apanya mas? Kerjanyaaaa...!
Ada sebuah anggapan dari dulu, kerja keras sekerasss-kerasnya agar rejekimu banyak! Banting tulang siang malam agar duitnya ngumpul! Bener begitu? Gak ada salahnya sih selama rejekinya dari sumber yang halal..

Namun sekarang ada istilah kerja cerdas, sama kerjanya tapi beda manajemennya.. hingga hasilnya juga beda! Biar gampang saya kasih ilustrasi kayak gini..

Si Paijo buka warung makan, dia memang jago masak. Setiap hari dia belanja ke pasar, buka warung hingga malam hari. Dibantu 4 karyawannya dia jualan, dia sendiri yang melayani. Bahkan urusan duit kasirpun dia juga yang pegang. Warungnya makin rame. Paijo makin semangat, 20 jam sehari waktunya habis di warung, semangat terus ngumpulkan uang. Karena itu warungnya dia sendiri 100% hasilnya untuk dia. Dalam sebulan dia nyaris gak ada libur, pagi hari pelanggan sudah menunggu hingga malam menjelang. Kalau ditanya jawabnya begini.

“Jo.. warungmu rame ya! Uangmu banyak sekarang. Kapan liburan Jo? Jangan kerja terus Joo...”

“Alhamdulillah... rejeki ada terus, gimana mau liburan ya. Warung ini harus aku urusi, pelanggan sudah terlanjur suka masakanku. Kalau aku libur warung tutup dong, gak bisa menghasilkan uang. Sayang kan..”

“Waduh gitu ya Jo.. kalau kamu sakit terus gimana Jo?”

“Ya terpaksa tutup warungnya.. pernah dua hari aku masuk angin meriang, ya terpaksa warung tutup deh!”

Mmmm... begitu ya?

Beda dengan cara bisnisnya, si Panjul yang gak bisa masak tapi pengen punya warung makan. Panjul mencari koki tukang masak yang mau diajak kerjasama. Dia bilang begini ke kokinya..

“Kamu kerja disini, bikin masakan yang enak agar pelanggan puas. Saya yang ngurus promosi dan pelayanan. Nah kamu saya kasih 10% dari keuntungan kita tiap bulan, diluar gaji UMR yang saya berikan. Semakin enak masakanmu, pelanggan suka, warung makin ramai, omzet makin banyak, maka bonus untukmu juga makin banyak.. setuju?”

Jelas si koki mau lah.. dia sudah membayangkan, dapat tambahan uang diluar gajinya. Panjul gak serakah, dia serahkan urusan masak pada ahlinya, agar dia bisa mengurus lainnya. Dalam perjalanannya Panjul menunjuk superviser yang bertanggungjawab di pelayanan, dia tinggal mengontrol saja.

Waktu Panjul banyak tersisa, dia gunakan untuk membuka cabang kedua, dibuat sistem yang sama. Kokinya senang, superviser juga dalam pantauan tiap hari memberikan laporan.

“Njul.. berapa banyak warungmu sekarang?”

“Alhamdulillah sudah ada 5 cabang mas.. semua terpantau online di HP saya, semua bekerja dengan sistem yang saya buat. Pakai WA dan CCTV saya pantau semua cabang, Kokinya juga senang dapat penghasilan tambahan. Saya bisa libur kapan saja, warung tetap buka walaupun saya pergi kemana.. tiap bulan keuntungan masuk ke kantong saya. Saya tetap bisa fokus ke pengembangan usaha...”

Sudah bisa membayangkan mana yang bekerja lebih cerdas?
Kamu gak bisa jadi wanmensow! Apa-apa kerjain sendiri.. adalah pusing bin mumet! Serahkan pada ahlinya, berbagi hasil dengannya, agar potensi yang ada dalam dirimu tidak mentok tersita ngurusin masalah teknis saja..

Kalau usaha sudah jalan rejeki berkelimpahan, jangan lupa anak yatim dan duafa kamu kasih makan..
Karena itulah bekal sesungguhnya nanti di alam keabadian...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar